Produksi Minyak AS Mencapai Rekor Tertinggi, Berdampak pada Agenda Iklim Biden

Produksi Minyak AS Mencapai Rekor Tertinggi, Berdampak pada Agenda Iklim Biden

3 Jan • Berita Top • 264 Tampilan • Comments Off tentang Produksi Minyak AS Mencapai Rekor Tertinggi, Berdampak pada Agenda Iklim Biden

Dalam peristiwa yang mengejutkan, Amerika Serikat telah menjadi produsen minyak global terkemuka di bawah pemerintahan Presiden Biden, memecahkan rekor dan membentuk kembali dinamika geopolitik. Meskipun terdapat dampak yang signifikan terhadap harga gas dan pengaruh OPEC, Presiden Trump relatif diam mengenai pencapaian ini, dan menyoroti tantangan kompleks yang dihadapi Partai Demokrat dalam menyeimbangkan kebutuhan energi dan kebijakan yang sadar iklim.

Amerika Serikat kini memproduksi 13.2 juta barel minyak mentah per hari, bahkan melebihi produksi puncak pada masa pemerintahan mantan Presiden Trump yang pro bahan bakar fosil. Lonjakan tak terduga ini berperan penting dalam menjaga harga bahan bakar tetap rendah, yang saat ini rata-rata berkisar $3 per galon secara nasional. Para analis memperkirakan bahwa tren ini dapat bertahan hingga pemilihan presiden mendatang, sehingga berpotensi mengurangi kekhawatiran ekonomi bagi para pemilih di negara-negara bagian yang penting bagi harapan Biden untuk masa jabatan kedua.

Meskipun Presiden Biden secara terbuka menekankan komitmennya terhadap energi hijau dan memerangi perubahan iklim, pendekatan pragmatis pemerintahannya terhadap bahan bakar fosil telah menuai dukungan dan kritik. Kevin Book, direktur pelaksana firma riset ClearView Energy Partners, mencatat fokus pemerintah pada transisi energi ramah lingkungan namun mengakui sikap pragmatis terhadap bahan bakar fosil.

Meskipun ada dampak positif terhadap harga gas dan inflasi, sikap diam Biden terhadap rekor produksi minyak telah memicu kritik dari kedua sisi spektrum politik. Mantan Presiden Trump, seorang pendukung vokal untuk peningkatan pengeboran minyak, menuduh Biden menyia-nyiakan kemandirian energi Amerika demi prioritas lingkungan.

Lonjakan produksi minyak dalam negeri tidak hanya membuat harga gas tetap rendah namun juga melemahkan pengaruh OPEC terhadap harga minyak global. Berkurangnya pengaruh ini dipandang sebagai perkembangan positif bagi Partai Demokrat, yang tahun lalu merasa malu ketika Arab Saudi mengabaikan permintaan untuk menghindari pemotongan produksi selama pemilu sela.

Kebijakan pemerintahan Biden telah berkontribusi terhadap lonjakan produksi minyak dalam negeri, melalui upaya melindungi lahan dan perairan publik serta mendorong produksi energi ramah lingkungan. Namun, persetujuan pemerintah terhadap proyek minyak yang kontroversial, seperti proyek minyak Willow di Alaska, telah menuai kritik dari aktivis iklim dan beberapa kelompok liberal, sehingga menciptakan ketegangan antara tujuan lingkungan dan dorongan untuk meningkatkan produksi minyak.

Ketika pemerintah berupaya mencapai keseimbangan yang rumit ini, upaya Biden untuk melakukan transisi energi dan mengurangi transisi ke kendaraan listrik menghadapi tantangan. Lonjakan produksi minyak ini kontras dengan janji-janji pemerintah AS pada konferensi perubahan iklim PBB untuk memimpin transisi global dari bahan bakar fosil, sehingga menciptakan disonansi yang menarik perhatian para aktivis iklim.

Menjelang pemilu bulan November, kemampuan Biden untuk menyeimbangkan manfaat jangka pendek dari peningkatan produksi minyak dengan tujuan iklim jangka panjang kemungkinan akan tetap menjadi topik perdebatan. Para pemilih yang sadar akan perubahan iklim mengungkapkan rasa frustrasinya terhadap sikap pemerintah yang melunak terhadap bahan bakar fosil, khususnya dalam menyetujui proyek-proyek seperti proyek minyak Willow, yang bertentangan dengan janji-janji awal kampanye Biden. Tantangan bagi Biden terletak pada menjaga keseimbangan antara mengatasi masalah ekonomi, memastikan keamanan energi, dan memenuhi harapan para pemilih yang sadar iklim. Seiring dengan berkembangnya perdebatan, dampak produksi minyak yang memecahkan rekor pada pemilu tahun 2024 masih belum pasti, sehingga para pemilih harus mempertimbangkan manfaat jangka pendek dibandingkan dengan tujuan lingkungan hidup jangka panjang.

Komentar ditutup.

« »